English Version (click here)
Mau menyelam menikmati terumbu karang? Memandangi detik-detik tenggelamnya sang surya? Atau sekadar mandi di laut dengan pantai pasir putih yang indah? Datanglah ke Kepulauan Spermonde di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Keindahan pantai di beberapa pulau di kepulauan ini menjadi daya tarik utama wisatawan lokal dan asing.
Kepulauan Spermonde terletak di bagian barat Sulawesi Selatan, membentang dari Kabupaten Pangkajene Kepulauan arah utara hingga Kabupaten Selayar di selatan. Ada sekitar 120 gugusan pulau di Kepulauan Spermonde dan 12 di antaranya termasuk dalam wilayah administratif Kota Makassar. Beberapa pulau, seperti Pulau Samalona, Kodingareng Keke, Barrang Caddi, dan Barrang Lompo, menjadi tujuan utama wisatawan lokal dan asing.
Untuk menuju pulau-pulau tersebut, tersedia sejumlah perahu ketinting dengan mesin tempel berkekuatan 40 PK di Dermaga Kayu Bangkoa. Dermaga ini terletak tepat di depan Benteng Rotterdam, yang bisa dicapai 15 menit dari pusat Kota Makassar. Ongkos sewa perahu bervariasi, Rp 500.000 hingga Rp 600.000, dengan muatan hingga 10 orang per perahu.
Perjalanan dari Dermaga Kayu Bangkoang ke Pulau Samalona hanya memerlukan waktu 40 menit. Di pulau yang luasnya 2,3 hektar ini dihuni sekitar 82 jiwa atau 20 keluarga. Setiap rumah warga bisa disewa untuk menginap dengan tarif Rp 150.000-Rp 250.000 per malam.
”Di sini masih ada terumbu karang dan ikan aneka warga yang sangat indah. Cocok bagi wisatawan yang memiliki hobi menyelam. Kalaupun hanya sekadar mandi di laut sudah cukup nyaman,” kata David (35), salah satu wisatawan asal Jakarta, yang menginap di Samalona.
Hanya sekitar 20 menit dari Samalona masih ada lagi pulau kecil nan cantik bernama Pulau Kodingareng Keke yang luasnya hanya 1 hektar. Sayang, keindahan dan kenyamanan pulau ini tinggal cerita.
Padahal, pada awal tahun 2000 pulau ini menjadi salah satu tujuan utama wisatawan asing dan lokal karena pesona pasir putih dan terumbu karangnya. Sempat ada lima bangunan penginapan di pulau yang dikelola seseorang berkewarganegaraan Belanda, tetapi kini hanya tersisa hamparan tanah berpasir dan beberapa pepohonan di atas pulau. Sekitar dua tahun lalu pengelola
Pulau Kodingareng Keke berurusan dengan pihak berwajib karena mengibarkan bendera negaranya di pulau itu. ”Sejak saat itu, Pulau Kodingareng Keke tidak terurus,” ujar Siti Zubaidah, Lurah Barrang Caddi, Kecamatan Ujung Tanah, yang membawahi wilayah Pulau Kodingareng Keke.
Dua pulau lain
Selain Samalona dan Kodingareng Keke, masih ada lagi dua pulau yang letaknya berdekatan, yakni Pulau Barrang Caddi dan Barrang Lompo. Pulau Barrang Caddi seluas 4 hektar, dihuni sekitar 1.300 jiwa, dan Pulau Barrang Lompo luasnya 19 hektar, dihuni sekitar 4.000 jiwa.
Perjalanan dari Pulau Barrang Caddi ke Pulau Barrang Lompo hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit dengan perahu. Di kedua pulau ini wisatawan bisa memancing, menyelam, dan wisata budaya. Berbagai jenis ikan, terutama jenis tenggiri, banyak didapat dengan relatif mudah di laut sekitar pulau ini. Di sekitar Pulau Barrang Lompo juga masih ada beberapa titik yang menyisakan terumbu karang nan indah.
Dibandingkan dengan ke Pulau Samalona, transportasi ke Pulau Barrang Lompo dan Barrang Caddi relatif lebih murah dan mudah. Setiap hari, ada pelayaran reguler yang menghubungkan kedua pulau itu dengan Kota Makassar, yakni kapal penumpang dengan kapasitas 30 orang. Ongkos pergi pulang hanya Rp 15.000 per orang. Untuk penginapan, bisa menyewa rumah warga yang mayoritas berbentuk panggung.
Upacara adat
Selain memancing dan menyelam, pengunjung juga bisa melihat keahlian warga setempat dalam membuat perahu tradisional. Jika beruntung, wisatawan dapat menyaksikan upacara adat pa’rappo, yaitu upacara adat saat menurunkan perahu yang selesai dibuat sebelum dipakai melaut. Sekitar 95 persen dari semua penduduk di kedua pulau itu bekerja sebagai nelayan.
Jika ingin membawa cendera mata dari kerajinan berbahan laut, seperti kerang, mutiara, dan binatang laut yang diawetkan, tersedia di toko milik Mohammad Saleh yang dikelola Siti Fatimah, putri dari Mohammad Saleh. Harga kerajinan dijual mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 500.000 per buah.
Meskipun memiliki banyak pulau kecil yang memesona, potensi wisata bahari di kepulauan tersebut belum dikelola maksimal oleh Pemerintah Kota Makassar. Untuk mempromosikan potensi pariwisata di kepulauan tersebut, perlu dukungan sarana transportasi murah dengan jadwal pelayaran reguler dan kegiatan festival budaya yang digelar rutin. Upaya menjaga kelestarian terumbu karang yang menjadi nilai jual wisata bahari juga harus berlanjut.
Tanpa upaya yang serius, lambat laun orang bisa lupa jika Kota Makassar memiliki gugusan pulau-pulau kecil yang menawan dengan berbagai keindahan laut.
sumber : Aries Prasetyo, Kompas 01 Mei 2012