Ranamese dan Potensi Wisata NTT



Udara sejuk dan pemandangan yang indah serta asri, apalagi yang kurang untuk sebuah obyek wisata? Inilah yang ditawarkan Danau Ranamese di Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Memilik luas sekitar lima hektar dan kedalaman 43 meter, Danau Ranamese berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Danau rupawan ini berada dalam satu kawasan dengan Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng seluas 32,245,60 hektar yang dikelelola unit Konservasi Sumber Daya Alam (UKSDA) NTT II.

Dari Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai, danau yang oleh masyarakat setempat disebut dengan kalimutu kecil tersebut terletak sekitar 22 km. Bukan cuma menawarkan pemandangan, salah satu obyek wisata andalan NTT tersebut juga bisa menjadi tempat tracking mengelilingi kawasan sekitar danau yang dikelilingi pepohonan.

Sebagai catatan, Ruteng adalah kota pasar (market town) yang merupakan tempat pertemuan masyarakat yang datang dari berbagai desa di daerah tersebut untuk jual beli. Ruteng juga adalah kota yang dikelilingi persawahan yang membentang di lereng kawasan gunung vulkanik di kawasan tersebut.

Legenda

Danau Ranamese termasuk danau vulkanik. Sebelumnya, danau ini berupa kawah gunung yang tertutup air sehingga bagian tepi danau curam. Danau ini juga serupa dengan danau triwarna Kalimutu yang terbentuk dari kawah Gunung Kalimutu (1.690 mdpl) di Kabupaten Ende, Flores.

Dengan lingkungan yang masih asri, sangat wajar jika Danau Ranamese menjadi tempat berhuni bermacam binatang. Termasuk belut, yang menjadi buah bibir dalam cerita legenda setempat. Konon, pada zaman dahulu diyakini ada dua danau yang dihuni makhluk halus, yaitu Danau Ranamese (danau kecil) dan Danau Ranahenbok (danau besar) yang terletak di Golorutuk.

Suatu ketika, penghuni Danau Ranamese dan Ranahenbok berperang. Penghuni Ranamese pun minta bantuan manusia karena nyaris kalah.

Pasukan manusia menang dengan mudah karena senjata yang digunakan Ranahenbok adalah belut (dalam pandangan mahluk halus adalah tombak). Manusia menebas belut itu dengan parang. Kekalahan penghuni Danau Ranahenbok dibayar dengan menukar Danau Ranamese menjadi lebih luas. Legenda itu dipercaya dan diyakini hingga saat ini, dan manusia dalam legenda ini diyakini merupakan leluhur warga Golo Loni. (ADT)

Popular Posts

counter