Taman bunga tropis nan eksotis, embusan udara sejuk dan hutan pinus, hamparan lembah hijuau, sungai kecil yang jernih, kabut tipis yang syahdu, dan air terjun “rahasia” dengan telaga mungil hijau tosca. Inilah tempat pelarian singkat yang menggoda. Cukup tiga jam saja dan Jakarta.
Bosan dengan Puncak yang semakin kusam, riuh, dan usang? Cobalah ubah haluan sedikit ke arah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). Setelah menembus hutan pinus, kita akan menemui sebuah tempat tetirah cantik yang seperti tersembunyl dalam senyap. Tempat ini berikut kawasan TNGHS tersebut bisa jadi piihan untuk liburan singkat yang akan berkesan selamanya.
Nama tempat tetirah itu terdengar asing, The Michael Resort. Meski demikian, resor ini boleh dibilang cukup nasionalis. Bagaimana tidak, areal seluas 2,7 hektar dipenuhi koleksi ratusan flora Indonesia yang dikumpulkan dan penjuru Nusantara. Beberapa di antaranya merupakan jenis yang langka.
Di salah satu sudut taman bertaburan mawar asli Indonesia yang amat memesona. Mulai dari mawar keriting, mawar matador, dan mawar rampai. Ada pula bunga melati gambir, bunga kantong semar dari Kalimantan, aneka jenis anggrek, dan bunga clavia.
Sebelumnya, resor ini lebih banyak dikenal hanya di kalangan ekspatriat di Jakarta. Sejak awal dibuka tahun 2007, resor bisa diinapi pengunjung hanya melalui sistem keanggotaan. Baru setahun terakhir resor ini akhirnya dibuka untuk umum.
Masuk lebih jauh di areal kebun, baru terlihat rupanya resor ini berada di lereng pegunungan menghadap barat dan memiliki kontur tanah berundak-undak Dan arah pandang 180 derajat, kita bisa menikmati hamparan lembah hutan pinus dan cemara.
Jika kabut tengah tiada, di sisi barat akan tampak jelas deretan gunung di kejauhan dalam gradasi warna hijau hingga biru. Saat seperti itu, menjelang petang, senja kemerahan akan membiasi lereng pegunungan dikejauhan.
Kamis (11/6) lalu, seekor elang jawa (Spizaetus bartelsi) tampak gagah terbang membelah langit sore di sisi barat resor. Setelah menukik ke arah lembah, elang langka itu menghilang di balik kerimbunan hutan pinus.
“Di sini sering berkabut. Namun, tamu umumnya suka sekali memandang kabut yang berjalan pelan di lembah. Mereka ke sini malah cari kabut. Orang Jakarta sekarang mana pernah bisa ketemu kabut,” kata Ana, salah satu pengelola resor tersebut.
Suhu rata-rata di resor ini lumayan dingin, mencapai 10 derajat celsius pada malam hari. Apalagi jika kabut tengah menebal. Dengan mengikuti anak-anak tangga di kebun, kita dapat turun ke bawah dan berakhir pada sebuah sungai kecil yang amat jernih.
Tety Widjaja, Manajer Pemasaran The Michael Resort, mengatakan, sebagian besar areal resor, sekitar 70 persen, sengaja dibiarkan berupa kebun. Sementara hanya ada 14 vila yang posisinya berpencar Sehingga suasana privat amat terjaga. Keseluruhan via itu mampu menampung 70-100 orang.
Menurut Tety selain menikmati suasana di resor, pengunjung biasanya juga menikmati areal di luar resor, yakni di TNGS. Tempat-tempat yang bisa dikunjungi mulai dan sejumlah air teijun, kawah aktif, atau sekadar bersepeda di antara hutan pinus yang sejuk.
Lokasi TNGS sendiri juga cukup ideal menjadi lokasi out bound alami. Tety menuturkan, untuk liburan sekolah sepanjang Juni-Juli ini, tamu bisa menikmati program outbound keluarga. Hanya satu keluarga—orang tua dan dua anak, outbound sudah bisa dilakukan.
Air terjun
Di sisi barat laut dan utara resor, kita bisa menemui dua air terjun yang belum terlalu terjamah manusia. Curahan air terjun yang membentuk telaga mungil itu membiaskan warna hijau tosca yang amat jernih. Menjelang pukul 16.00, monyet-monyet liar akan bermunculan dan balik pepohonan lebat di sekitarnya.
Kita harus mengambil akses dari luar resor, yang berjarak sekitar 100 meter, menuju air terjun. Jalurnya cukup terjal sehingga tak cocok dilalui anak kecil. Namun, jika berhasil menembusnya, kesulitan itu akan terbayar. Lokasi air terjun tak bernama ini cukup tersembunyi, dikelilingi tebing, pepohonan dan belukar lebat. Boleh jadi mandi tanpa busana di bawah air terjun itu pun niscaya tidak akan ada yang menyaksikan kecuali monyet-monyet liar.
Di sekitar resor paling tidak ada tujuh curug (air terjun) lainnya yang kerap menjadi kunjungan wisata. Semuanya masuk dalam kawasan wisata Gunung Salak Endah. Di antaranya yang populer adalah Curug Seribu, Curug Cigamea, Curug Luhur, Curug Cihurang, dan Curug Ngumpet.
Pengunjung juga bisa menjenguk Kawah Ratu, yang bisa ditempuh sekitar 5 jam berjalan kaki. Kawah ini berada di lereng puncak Gunung Salak 1 di tegah hutan yang masih Cukup terjaga. Kepundan aktif ini setiap saat dapat mengeluarkan gas-gas beracun sehingga pengunjung sebaiknya tidak terlalu dekat sumber uap panas.
Mudah-mudahan saja kawasan itu senantiasa terjaga. Jika tidak, kemana lagi kaum urban Jakarta mencari pelarian singkat yang menenteramkan jiwa?
Sumber : Harian Kompas
Foto : Harian Kompas
Sarie Febriane
Bosan dengan Puncak yang semakin kusam, riuh, dan usang? Cobalah ubah haluan sedikit ke arah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). Setelah menembus hutan pinus, kita akan menemui sebuah tempat tetirah cantik yang seperti tersembunyl dalam senyap. Tempat ini berikut kawasan TNGHS tersebut bisa jadi piihan untuk liburan singkat yang akan berkesan selamanya.
Nama tempat tetirah itu terdengar asing, The Michael Resort. Meski demikian, resor ini boleh dibilang cukup nasionalis. Bagaimana tidak, areal seluas 2,7 hektar dipenuhi koleksi ratusan flora Indonesia yang dikumpulkan dan penjuru Nusantara. Beberapa di antaranya merupakan jenis yang langka.
Di salah satu sudut taman bertaburan mawar asli Indonesia yang amat memesona. Mulai dari mawar keriting, mawar matador, dan mawar rampai. Ada pula bunga melati gambir, bunga kantong semar dari Kalimantan, aneka jenis anggrek, dan bunga clavia.
Sebelumnya, resor ini lebih banyak dikenal hanya di kalangan ekspatriat di Jakarta. Sejak awal dibuka tahun 2007, resor bisa diinapi pengunjung hanya melalui sistem keanggotaan. Baru setahun terakhir resor ini akhirnya dibuka untuk umum.
Masuk lebih jauh di areal kebun, baru terlihat rupanya resor ini berada di lereng pegunungan menghadap barat dan memiliki kontur tanah berundak-undak Dan arah pandang 180 derajat, kita bisa menikmati hamparan lembah hutan pinus dan cemara.
Jika kabut tengah tiada, di sisi barat akan tampak jelas deretan gunung di kejauhan dalam gradasi warna hijau hingga biru. Saat seperti itu, menjelang petang, senja kemerahan akan membiasi lereng pegunungan dikejauhan.
Kamis (11/6) lalu, seekor elang jawa (Spizaetus bartelsi) tampak gagah terbang membelah langit sore di sisi barat resor. Setelah menukik ke arah lembah, elang langka itu menghilang di balik kerimbunan hutan pinus.
“Di sini sering berkabut. Namun, tamu umumnya suka sekali memandang kabut yang berjalan pelan di lembah. Mereka ke sini malah cari kabut. Orang Jakarta sekarang mana pernah bisa ketemu kabut,” kata Ana, salah satu pengelola resor tersebut.
Suhu rata-rata di resor ini lumayan dingin, mencapai 10 derajat celsius pada malam hari. Apalagi jika kabut tengah menebal. Dengan mengikuti anak-anak tangga di kebun, kita dapat turun ke bawah dan berakhir pada sebuah sungai kecil yang amat jernih.
Tety Widjaja, Manajer Pemasaran The Michael Resort, mengatakan, sebagian besar areal resor, sekitar 70 persen, sengaja dibiarkan berupa kebun. Sementara hanya ada 14 vila yang posisinya berpencar Sehingga suasana privat amat terjaga. Keseluruhan via itu mampu menampung 70-100 orang.
Menurut Tety selain menikmati suasana di resor, pengunjung biasanya juga menikmati areal di luar resor, yakni di TNGS. Tempat-tempat yang bisa dikunjungi mulai dan sejumlah air teijun, kawah aktif, atau sekadar bersepeda di antara hutan pinus yang sejuk.
Lokasi TNGS sendiri juga cukup ideal menjadi lokasi out bound alami. Tety menuturkan, untuk liburan sekolah sepanjang Juni-Juli ini, tamu bisa menikmati program outbound keluarga. Hanya satu keluarga—orang tua dan dua anak, outbound sudah bisa dilakukan.
Air terjun
Di sisi barat laut dan utara resor, kita bisa menemui dua air terjun yang belum terlalu terjamah manusia. Curahan air terjun yang membentuk telaga mungil itu membiaskan warna hijau tosca yang amat jernih. Menjelang pukul 16.00, monyet-monyet liar akan bermunculan dan balik pepohonan lebat di sekitarnya.
Kita harus mengambil akses dari luar resor, yang berjarak sekitar 100 meter, menuju air terjun. Jalurnya cukup terjal sehingga tak cocok dilalui anak kecil. Namun, jika berhasil menembusnya, kesulitan itu akan terbayar. Lokasi air terjun tak bernama ini cukup tersembunyi, dikelilingi tebing, pepohonan dan belukar lebat. Boleh jadi mandi tanpa busana di bawah air terjun itu pun niscaya tidak akan ada yang menyaksikan kecuali monyet-monyet liar.
Di sekitar resor paling tidak ada tujuh curug (air terjun) lainnya yang kerap menjadi kunjungan wisata. Semuanya masuk dalam kawasan wisata Gunung Salak Endah. Di antaranya yang populer adalah Curug Seribu, Curug Cigamea, Curug Luhur, Curug Cihurang, dan Curug Ngumpet.
Pengunjung juga bisa menjenguk Kawah Ratu, yang bisa ditempuh sekitar 5 jam berjalan kaki. Kawah ini berada di lereng puncak Gunung Salak 1 di tegah hutan yang masih Cukup terjaga. Kepundan aktif ini setiap saat dapat mengeluarkan gas-gas beracun sehingga pengunjung sebaiknya tidak terlalu dekat sumber uap panas.
Mudah-mudahan saja kawasan itu senantiasa terjaga. Jika tidak, kemana lagi kaum urban Jakarta mencari pelarian singkat yang menenteramkan jiwa?
Sumber : Harian Kompas
Foto : Harian Kompas
Sarie Febriane