PERAWAN BERNAMA DERAWAN



Namanya bagi sebagian orang masih terasa asing. Letaknya memang cukup terpencil. Secara geografis, Kepulauan Derawan terletak di semenanjung utara perairan laut Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kawasan tersebut terdiri atas 31 pulau kecil, di antaranya Pulau Panjang, Pulau Raburabu, Pulau Semama, Pulau Sangalaki, Pulau Kakaban, dan Pulau Maratua. Ada pula beberapa gosong karang seperti Muaras, Pinaka, Buliulin, Masimbung, dan Tababinga.
Untuk mencapai Derawan tidaklah mudah. Juga tak murah. Cara tercepat ialah dengan menggunakan layanan pesawat udara dari Balikpapan ke Tanjung Redeb, Berau, dengan waktu tempuh satu jam. Dari sini, pelancong masih harus naik boat menyusuri muara Sungai Berau menuju Laut Sulawesi, yang makan waktu tak kurang dari tiga jam.
Akan tetapi susah-payah perjalanan itn langsung terlunasi begitu menyaksikan kawasan yang masih asli dan perawan ini. Barangkali cnma di Derawan inilah orang dengan mudah meliha penyu hijau (Cheloni mydas) atau penyu sisik (Erethmochelys fimbriata) melintas di pantai sambil berenang bermalas-malasan. Laut yang biru jernih dengan ikan karang warna-warni juga sangat memanjakan mata. Belum lagi pemunculan banyak biota laut yang amat jarang ditemukan di daerah lain.
Di Derawan ada sekitar 31 pulau dan beberapa gosong serta atol. Pulau-puhan ini tersebar pada tiga kecamatan pesisir yakni, Kecamatan Pulau Derawan, Kecamatan Maratua, dan Kecamatan Biduk-biduk. Uniknya, kawasan ini memiliki beberapa ekosistem pesisir dan pulau kecil penting sekaligus yaitu terumbu karang padang lamun, dan hutan mangrove.
Terumbu karangnya tersebar luas pada seluruh pulau dan gosong yang ada. Dan jenisnya, terumbu karang Derawan terdiri atas karang tepi, karang penghalang, dan karangatol. Atol di kepulauan ini telah terbentuk menjadi pulau, bahkan ada yang menjadi danau air asin, seperti yang ditemukan di Kakaban dan Marama. Khusus Kakaban, pulan ini menjadi perhatian para peneliti di dunia hingga sekarang. Inilah pulau yang di tengahnya terdapat danau laut purba yang terbentuk sekitar 190.000 tahun silam. Luasnya 459 hektar dengan kedalaman maksimum 11 meter.
Menurut sebuah hasil penelitian, jumlah karang yang ditemukan di sana mencapai 460 hingga 470 spesies. Adapun ikan karang di kawasan Kepulauan Derawan, termasuk Sangalaki dan Kakaban mencapai 872 spesies. Maka, tak mengherankan jika Derawan disebut-sebut menempati peringkat kedua di Indonesia, setelah Kepulauan Raja Ampat di Papua, dalam uruasan tingginya tingkat kekayaan keanekaragaman hayati.
Karena itu, banyak pihak kini mulai menjadikan Derawan sebagai tujuan wisata, khususnya wisata bahari. Setidaknya ada empat pulau yang sering menjadi incaran kunjungan, yaitu Pulau Derawan, Sangalaki, Semama, dan Maratua. Dari keempatnya hanya Derawan dan Maratua yang dihuni penduduk. Kakaban tak berpenghuni. Sedangkan Sangalaki dilengkapi sebuah resort untuk kegiatan penyelaman milik pengusaha swasta.
Bagi penggemar olahraga selam dan snorkelling, kawasan Kepulauan Derawan memang menjadi “surga”. Banyak titik penyelaman di perairan ini yang menjanjikan pemandangan bawah laut yang amat indah. Tiap lokasi konon memberikan tantangan yang berbeda pula. Yang cukup terkenal di kalangan para penyelam adalah adalah atraksi alami gerombolan barakuda di perairan Pulau Kakaban. Juga jenis hiu, pari, dan ikan-ikan karang eksotik lainnya seperti ikan Napoleon (Napoleon wrasse). Saat ini terdapat tiga tiga perusahaan swasta yang berfungsi sebagai resor penyelaman di Derawan dan sekitarnya.
Biasanya, setelah menyelam atau snorkeling di perairan luar Kakaban, banyak yang menyempatkan diri melakukan hal serupa di Danau kakaban. Untuk mencapai lokasi danau, pengunjung harus mendaki punggung bukit yang dipenuhi dengan pepohonan. Yang mengagumkan, banyak pohon mangrove tumbuh dengan kokoh di atas bebatuan karang. Di danau air asin ini terdapat antara lain ubur-ubur endemik dari jenis Cassiopea, yang dengan mudah ditemukan berenang-renang di kolom air. Sementara dasar perairannya dipenuhi dengan alga Halimeda, sponges jenis Porifera, dan ikan gobi.
Sewaktu-waktu, kumpulan paus atau lumba-lumba yang tengah melintas atau mencari makan di perairan sekitar Pulau Kakaban dan Maratua menjadi tontonan yang amat menarik. Pemandangan tak kalah menawan juga ada di sekitar Taman Wisata Laut Pulau Sangalaki. Di perairan ini, sering terlihat ikan-ikan pemangsa plankton muncul dan berkumpul. Yang paling membuat orang ternganga tentu saja kehadiran belasan pari manta hantu (Mama birostris) yang berukuran raksasa. Hewan ini bolak-balik berenang sambil membuka mulutnya menyaring plankton dan sama sekali tak terusik dengan kehadiran penyelam atau penggemar snorkeling yang mengikutinya.
Kepulauan Derawan juga dikenal dunia sebagai habitat dan tempat bertelur penyu hijau. Penyu jenis ini mencari makan di padanglamun (sea grass) di perairan dangkal Derawan. Sayangnya, sejakbertahun-tahun lalu, telur penyu yang sebenarnya dilindungi ini terus diambil sehingga lama-kelamaan jumlahnya berkurang. Di pasaran, terus ditemukan adanya jual-beli telur penyu. Apalagi, dan delapan pulau tempat penyu hijau biasa bertelur, kini menyusut tinggal lima pulau.
Saat ini banyak pihak yang bergandengan tangan melakukan berbagai kegiatan demi terjaganya konservasi di kawasan itu tanpa melupakan kebutuhan kesejahteraan masyarakat. Selain Pemda Berau dan KSDA Kalimantan Timur, beberapa LSM seperti Turtle Foundation, Yayasan Kehati, The Nature Conservancy, World Wide Fund for Nature (WWWF), Mitra Pesisir, Bestari, dan Kalbu turut berkiprah di sana. Mereka bahkan telah menandatangani piagam kesepakatan kerja sama membangun dan mengimplementasikan program perencanaan dan pengelolaan kawasan konservasi laut di Berau. Belakangan, muncul pula usulan untuk mengajukan Kepulauan Derawan menjadi salah satu situs warisan dunia (World Heritage Site).
AH dan Heru pamuji
Sumber : Majalah Gatra
Foto : Majalah Gatra

Popular Posts

counter