Menantang Jeram Sungai Ciberang


Bosan menghabiskan waktu libur dengan berdiam diri di rumah atau hanya berjalan-jalan di mal? Butuh tantangan lebih untuk mengisi hari libur? Mungkin berarung jeram bisa dijadikan pilihan untuk menghabiskan waktu libur agar tidak membosankan.

Cobalah pergi ke Sungai Ciberang, sebuah sungai yang membelah perbukitan di lereng Pegunungan Halimun. Sungai yang mengailir dari Gunung Halimun dan bermuara di Kota Rangkasbitung, Lebak, Banten, itu memiliki jeram-jeram yang menantang untuk diarungi.



Petualangan mengarungi jeram Ciberang bisa dimulai dari Kampung Muhara, Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak Di sanalah Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJ1) Banten, pengelola wisata arung jeram, membuka markas sekaligus tempat peristirahatan.

Sebelum berarung jeram, alangkah baiknya bila wisatawan beristirahat terlebih dahulu untuk mengembalikan stamina. Duduklah dulu di saung-saung peristirahatan sambil menikmati pemandangan hutan di atas badan sungai dan menghirup udara segar bebas polusi.

Begitu tiba di tempat peristirahatan, biasanya pengelola menyuguhkan minuman teh hangat serta makanan khas kampung, seperti ubi dan pisang goreng tepung.

Setelah cukup beristirahat, barulah petualangan berarung jeram dimulai. Pemandu akan memberikan peralatan keamanan, seperti pelampung dan helm. Jangan lupa membawa minuman sekadarnya agar tidak kehausan di tengah petualangan.

Selanjutnya, pemandu akan menjelaskan panduan aman untuk ber-arum jeram. Dan cara duduk di perahu karet, cara memegang dayung, hingga tips aman melintasi jeram, serta tips. aman saat perahu karet tiba-tiba terbalik.

Perhatikan pula anti beberapa istilah yang biasa digunakan pemandu sepanjang petualangan. Di antaranya~ “dayung maju” untuk menginstruksikan pengarung jeram agar mendayung maju, “boom” yang berarti instruksi untuk merunduk duduk di lantai perahu saat melintasi jeram berbahaya, dan sebagainya.

Demi keamanan selama berarung jeram, patuhilah panduan-panduan yang sudah dijelaskan pemandu. Jangan takut akan celaka karena setiap wisatawan akan ditemani pemandu profesional dari Tim Macan Banten, yang beberapa waktu lalu menjadi juara umum dalam kejuaraan nasional arung jeram di Sungai Citarum.

Ada 15 jeram

Setelah semuanya siap, perahu karet pun diberangkatkan. Para pemula yang masih awam hanya diperbolehkan menyusuri sungai sepanjang lebih kurang 8 kilometer. Meski rutenya tergolong pendek, tantangan yang disuguhkan tidak kalah dengan tantangan di sungai-sungai lain yang biasa digunakan untuk berarung jeram.

Setidaknya terdapat 15 jeram yang dilalui sepanjang petualangan. Jeram pertama yang dinamakan Jeram Selamat Datang tidaklah sulit dilalui. Akan tetapi. begitu memasuki jeram ketiga. yakni Jeram Panjang, pengarungan semakin menegangkan. Sesuai dengan namanya, jeram ketiga itu merupakan jeram terpanjang di Sungal Ciberang sekitar 100 meter.

Jeram lain yang cukup berbahaya adalah Jeram Blender karena berupa bendungan air

dengan ketinggian lebih kurang 1,5 meter. Supaya bisa lolos melintasi jeram ini, pemandu akan memberikan instruksi ”boom”.

Begitu mendengar teriakan “boom”, semua penumpang perahu harus merunduk dan duduk di lantai perahu. Para pemandu dengan keahliannya menjaga agar tidak ada yang jatuh ke dalam pusaran air dengan kedalaman 60-70 cm yang berada di dasar bendungan.

Selanjutnya, Jeram Zigzag. Jeram ke-12 ini cukup menantang karena kondisi jeram yang zig-zag sehingga bila terjatuh bisa langsung hanyut ke jeram ke-13 (Pelopor), bahkan jeram ke-14 yang disebut Jeram Gajah.

Jeram Gajah pun cukup menantang karena dipenuhi bebatuan berukuran besar. Perlu kesigapan agar badan tak terantuk batu karena perahu barus melaju di antara bebatuan yang mirip gawang dengan lebar kurang dari 2 meter. Jalur itu hanya pas untuk satu perahu karet.

Pengarungan selesai setelah melewati Jeram Goodbye, yang terletak kampung Leuwi Bujal, kecamatan Cipanas, Lebak. Penyusuran sungai sepanjang 8 kilometer itu biasanya menghabiskan..waktu lebih kurang 2 jam.

Selain menantang jeram; wisatawan juga bisa menikmati pemandangan alam di kanan-kiri sungai. Dari hutan alam yang menghijau, hamparan sawah, hingga aktivitas warga perkampungan di bantaran sungai Bahkan, wisatawan bisa melihat kera yang sesekali bergelantungan di atas bukit.

Seusai berpetualang, wisatawan akan dibawa kemball ke tempat peristirahatan dengan menumpang truk. Setelah berganti pakaian, saatnya menikmati makanan yang disediakan pengelola. Menu unggulannya. Ikan Mas Cobek dengan harga paling mahal Rp 20.000 per porsi, Untuk bisa menikmati menu ini, wisatawan harus memesan sebelum berkunjung ke Ciberang.

Murah meriah

Dibandingkan dengan tempat lain, biaya imtuk berarung jeram di Sungai Ciberang tergolong murah. Tarif yang dipasang oleh pengelola hanya Rp 185.000 per orang untuk satu kali pengarungan dengan rate 8 kilometer. Tiket itu dipesan di Kantor Sekretariat Banten Rafting di bilangan Ciceri, Serang, atau langsung menghubungi pengelola di Kampung Muhara.

Fasilitas lain yang diberikan kepada wisatawan adalah asuransi, minuman dan makanan ringan, serta suguhan makan berat dengan menu unggulannya. Wisatawan tak perlu menyediakan peralatan arung jeram karena semuanya sudah disiapkan oleh pengelola atau operator sungai Ciberang. Biaya tambahan yang harus disiapkan oleh wisatawan hanyalah biaya perjalanan menuju Kampung Muhara.

 
Ada beberapa rute perjalanan yang bisa dilalui menuju Sungai Ciberang, Salah satunya dari Jakarta melalui Jalan Tol Tangerang-Merak kemudian keluar dipintu tol Balaraja Barat menuju pertigaan Asem Cikande, dan melanjutkan perjalanan melalui Jawilan-Kopo-Rangkasbitung-Sajiru-Cipanas-Kampung Muhara. Butuh waktu sekitar 2,5 jam perjalanan untuk melintasi rute tersebut.

Rute lain yang bisa dilintasi adalah dan Jakarta-Tol Serang Timur-Pandeglang-Rangkasbitung-Sajira-Cipanas-Kampung Muhara. Meski jarak tempuh lebih lama, yakni 3-3,5 jam perjalanan, rute ini relatif lebih nyaman untuk dilalui karena kondisi jalan masih tergolong baik. Selain itu, wisatawan juga bisa memulai perjalanan dari Bogor-Leuwiliang-Jasinga-Cipanas-Kampung Muhara dengan waktu 3-4 jam.

Pemandangan alam di sepanjang perjalanan juga tidak kalah menarik. Pemandangan hamparan pohon kelapa sawit bisa mengobati rasa bosan ataupun letih selama perjalanan.






Sumber : Harian Kompas
Foto : Harian Kompas
Oleh Anita Yossihara

Popular Posts

counter